OTOBIOGRAFI
AHMAD RIDWAN SIREGAR MLib
Anggota Kelompok:
Amilia Bismil (10108180)
Nadia Alfa Rhamanita (11108396)
Srie Mulia (11108867)
Yulita Syahputri (12108289)
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi
Informasi
Jurusan Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
2012
Ahmad Ridwan Siregar MLib
Di tengah kisah-kisah sedih berbagai perpustakaan kampus di Indonesia,
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) justru sangat menggairahkan.
Kampus yang didirikan tahun 1952 itu memiliki sebuah perpustakaan berstandar
internasional yang siap melayani pengunjungnya sejak pukul 09.00 sampai 21.00,
baik hari kerja maupun libur. Bisa dikatakan, perpustakaan USU tidak pernah
tutup.
Untuk melayani pengunjung, perpustakaan USU selain
melayani dengan cara manual juga melayani dengan sistem jaringan pengaksesan
melalui komputer (networking online) dari pencarian bahan sampai peminjaman.
Pengaksesan melalui komputer ini bisa dilakukan di semua jurusan di USU, bahkan
di mana pun di dunia ini lewat alamat web site http://library.usu.ac.id.
Dengan klik pada mouse, dalam tempo tak sampai satu
menit judul buku atau biodata tentang seorang tokoh atau referensi tertulis
yang kita butuhkan, misalnya, sudah tersedia di layar monitor komputer. Setelah
judul buku atau judul jurnal ditemukan di layar, untuk meminjamnya tak sulit.
Pelayanan manual dilakukan hanya dengan menunjukkan kartu tanda anggota kepada
petugas pengecekan. Kemudian, barcode yang ada di buku diakses oleh komputer.
Selesai. Begitu juga sebaliknya jika ingin mengembalikan buku yang dipinjam
selama dua minggu tersebut. Sangat modern dan tidak berbelit-belit. Dengan cara
yang komputerisasi ini, semua buku jelas terlacak jejaknya dan tercatat dengan baik.
Nama : Ahmad Ridwan Siregar
MLib
Tempat Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 25 November 1953
Ahmad Ridwan Siregar MLib, yang menjadi "arsitek" atau
"desainer" sistem perpustakaan USU ini. Ia memulai karier sebagai
pustakawan di perpustakaan USU sejak tahun 1991, sekembali tugas belajar
mengambil program studi perpustakaan di University of Wales, Inggris.
Padahal, ketika di Inggris itu ia mendapat tawaran
langsung melanjutkan studi strata 3 (S3) di tempat yang sama oleh profesor ahli
perpustakaan di kampusnya, Prof William Son. Bahkan untuk membujuk Ridwan
Siregar agar mau melanjutkan lagi, kepada Ridwan Siregar khusus dikirim
formulir pengisian persetujuan melanjutkan studi ke S3. Biasanya, sang
mahasiswa yang memohon untuk mendapatkan formulir itu.
Ridwan menolak tawaran melanjutkan pendidikan tersebut
dan lebih memilih menjadi kepala Perpustakaan USU sebagaimana ditawarkan Rektor
USU-ketika itu M Yusuf Hanafiah. Ia merasa terpanggil untuk mengurus
perpustakaan karena menurutnya sudah masanya USU memiliki perpustakaan yang
representatif.
Menurut Ridwan, ia punya obsesi tersendiri tentang
perpustakaan yang baik di almamaternya itu. Padahal, jabatan menjadi kepala
perpustakaan hingga kini selalu diasumsikan sebagai tempat pembuangan para dosen
karena tempatnya kering.
Ridwan mengakui tak mudah mereformasi perpustakaan di
kampus USU. Ia harus bekerja keras melakukan pembaruan dari berbagai sudut.
Dari manajemen perpustakaan saja sudah banyak hal harus dirombak. Juga, ia
harus membuat struktur personalia dan pengaturan tata ruang perpustakaan yang
ideal. Namun, yang paling membikin pusing katanya adalah masalah pendanaan atau
budgeting perpustakaan.
Saat Ridwan
datang kembali di USU tahun 1991, kondisi Perpustakaan USU tak jauh berbeda
dari sekadar tempat penyimpanan buku-buku alias "gudang". Ia merasa sedih sekali sebab
perpustakaan adalah salah satu jantung perguruan tinggi.
Umumnya, buruknya kondisi perpustakaan terjadi karena
kondisi manajemen dan struktur personal perpustakaan tidak mendukung. Pada
tahun 1991 itu di Perpustakaan USU hanya ada kepala perpustakaan dan kepala
tata usaha ditambah staf beberapa orang. Dengan jumlah personel semacam ini
tentu tak mungkin mampu mengurusi ratusan ribu buku untuk 20.000 mahasiswa dan
1.700 dosen.
Ayah dari seorang putra dan dua putri buah perkawinannya
dengan Hasanah Lubis ini lalu bertekad harus berani mengubahnya secara total.
Struktur manajemen pengurusan di perpustakaan bukan hanya ada di bawah seorang
kepala perpustakaan dan kepala tata usaha saja, tetapi harus terbagi dalam
sejumlah bagian yang berbeda-beda tugasnya.
Pembagian ini misalnya: tata usaha terdiri dari
kesekretariatan, keuangan, kerumahtanggaan, sekuriti, dan penjaga tas. Kemudian
ada sekretaris unit yang membawahi petugas bagian pengadaan, pengatalogan dan
perawatan, serta pelayanan pengguna.
Ia juga melakukan
penataan ruang baca, ruang buku, pengadaan buku, pengadaan jurnal, pengadaan
bahan digital, pengatalogan buku, nonbuku, perawatan pustaka, sampai koleksi
khusus.
Ketika Ridwan mulai memimpim perpustakaan USU, anggaran yang disediakan
universitas hanya Rp 35 juta sampai Rp 40 juta setahun. Padahal, dalam standar
internasional, anggaran belanja perpustakaan adalah sebesar enam persen dari
total operasional sebuah perguruan tinggi (PT) yang artinya seharusnya berlipat
kali dari jumlah 35 juta itu.
Hasil kerja keras Ridwan dan kawan-kawan tidaklah
sia-sia. Perpustakaan USU bisa meraih peringkat terbaik di seluruh Indonesia
dalam model manajemen dan operasional pada tahun 1995. Penilaian itu dilakukan
oleh Higher Education Development Support bekerja sama dengan United State
Agency for International Development.
Menurut Ridwan, jika ingin menjadikan perpustakaan sebagai pusat kebudayaan, tidak
bisa tidak, anggaran perpustakaan harus dinaikkan enam persen. Oleh Rektor
USU Prof Chairuddin P Lubis anggaran sebesar enam persen pun diwujudkan dengan
memperoleh Rp 508,537 juta tahun 1996, kemudian naik tahun 2001 ini menjadi Rp
800 juta lebih.
Berdasarkan survei
tahun 2000, indeks pengunjung perpustakaan USU meningkat tajam sebanyak 686.835
orang atau 13.000 lebih dalam seminggu. Padahal, tahun 1991 lalu jumlah
pengunjung itu hanya 30.000 orang pertahun. Kenaikan 2.300 persen.
Sistem komputerisasi dijalankan sejak tahun 1996. Jumlah
petugas kini 72 orang, (21 pustakawan, 15 pendidikan perpustakaan, tujuh
pegawai, tujuh Satpam, dan belasan tenaga honorer) yang siap melayani.
Gedung perpustakaannya pun megah, berdiri di atas lahan
seluas 6.000 meter persegi dengan bangunan empat tingkat. Kini di dalamnya
tersedia 108.595 judul berbagai koleksi dalam jumlah 427.085 eksemplar. Koleksi
ini meliputi buku, jurnal (cetak dan mikrofis), kaset audio, disket komputer,
CD-Rom (database, multimedia dan fulltext), juga deposit USU.
Bahkan perpustakaan USU sejak tahun 2000 juga memiliki
deposit (proceedings) Asian Development Bank dan deposit World Bank, yang tidak
semua perpustakaan di perguruan tinggi Indonesia memilikinya.
Sumber :